Oleh : Fauzi Azis
PERDAGANGAN bebas ASEAN tahun 2015 segera tiba. Ibarat pesta Olimpiade sudahkah kita bersiap diri untuk ikut berlaga. Mampukah kita menjadi the leader di pasar ASEAN. Ini semua sangat bergantung pada strategi yang akan dipakai.
Yang pasti kalau kita menang di semua lini agak sulit karena lawan-lawan Indonesia juga kuat. Target besarnya adalah surplus secara agregat. Jangan sampai minus secara agregat. Di sektor barang harus sudah dapat dipastikan siapa calonthe winner-nya dan yang mampu menghasilkan surplus yang besar.
Begitu juga di sektor jasa-jasa sudah dapat diprediksikan siapa yang dijagokan sebagai mesin penyumbang surplus. Dari sisi marketing, ASEAN pada tahun 2015 sebagai satu pasar yang besar tanpa batas memerlukan strategi marketing yang bisa berbeda-beda untuk merebutnya.
Targetnya jelas yaitu hindari terjadinya defisit dan ciptakan surplus yang besar agar dinamika ekonomi nasional tidak mengalami tekanan dan bahkan ancaman dari negara ASEAN lainnya, termasuk China dan negara lain yang telah menandatangani kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi antara ASEAN-India, ASEAN-Australia dan New Zealand dan ASEAN-Korsel.
ASEAN kini menjadi salah satu daya tarik utama Asia, di samping China dan India bagi para pebisnis di seluruh dunia. Lee Hsien Loong dalam pidatonya pada Asean 100 leadership forum di Singapura 28 September 2005 menyampaikan bahwa ASEAN sedang bergerak perlahan, tapi pasti ke arah sebuah masa depan bersama.
Berdasarkan semangat ini, khusus di bidang industri skema ASEAN industrial Cooperation (AICO) yang sekarang ini gaungnya meredup seharusnya digiatkan kembali. AICO bertujuan mempromosikan kegiatan industri manufaktur bersama antara perusahaan-perusahaan berbasis ASEAN.
Begitu juga yang terkait dengan skema AIA (ASEAN Investment Area) harus terus dikembangkan arus investasi, teknologi dan keterampilan guna lebih meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Tahun 2014 adalah critical condition bagi Indonesia, karena saat itu akan terjadi suksesi kepemimpinan nasional dan di lain pihak “PR” yang harus diselesaikan untuk membangun efisiensi dan daya saing bangsa masih menggunung.
Dari sisi pengembangan industri dan kerja sama industri, strategi yang tepat untuk dilakukan oleh Indonesia adalah menempatkan posisi sebagai wilayah basis produksi regional. Karena itu, peran Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan BKPM menjadi sangat strategis untuk menyukseskan misi besar tersebut yaitu bagaimana kerja sama industri dapat dilaksanakan dan kerja sama investasi dapat diakselerasi dengan cepat.
Paling tidak sampai dengan akhir tahun 2013, sudah banyak rencana investasi yang harus terealisir sebagai modalitas untuk dapat mengisi kebutuhan masyarakat di pasar regional berupa produk dan jasa. Kemendagri dan Kadin juga semestinya harus diikutsertakan, karena semua rencana tadi dilaksanakannya di daerah.
Langkah pengorganisasian kekuatan ini dikomandani oleh Menko Perekonomian. Suka tidak suka tugas mereka bersama adalah melakukan breaktrough untuk membereskan hal-hal yang selama ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan kerja sama industri dan investasi. Pilihannya hanya itu karena KIB II pasti akan mengakhiri tugasnya pada 2014.
Di bidang ekonomi, legacy yang kita harapkan adalah terealisasikannya proyek-proyek investasi di sektor industri yang sekarang antre di berbagai daerah yang menunggu terselesaikannya berbagai proses perizinan termasuk yang paling berat terkait dengan pembebasan lahan. Dalam rangka membangun semangat Indonesia yang Satu, proses pengorganisasian ini sebaiknya dapat melibatkan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama dengan maksud agar mereka juga dapat memahami secara pasti apa yang sedang pemerintah kerjakan menghadapi pasar tunggal ASEAN tahun 2015 dan harapan adanya dukungan dari mereka.
Ini betul-betul crash progam yang harus bisa dilaksanakan dan menjadi prioritas nasional sampai 2,5 tahun ke depan. Harapannya hanya satu, semoga para elite politik nasional tidak gaduh dan rajin membuat kegaduhan politik jelang suksesi kepemimpinan nasional. Please jangan arogan, bantu pemerintah dengan sepenuh hati untuk menjalankan misi besar jelang dimulainya perhelatan akbar tahun 2015, ketika ASEAN memulai cita-citanya menyelenggarakan Pasar Regional Tunggal, di mana Indonesia harus ikut berperan.
Rasanya Presiden sangat tepat kalau memprakasai untuk mengorganisir kekuatan Indonesia menjelang berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 dengan melibatkan parlemen dan DPD. Semoga kita tidak menjadi the looser, tetapi menjadi the winner, sehingga Indonesia bisa berjaya di pasar tunggal regional ASEAN 2015.
Merah Putih selalu akan terkerek naik di tengah tengah bendera ASEAN yang lain dan pada akhirnya dapat merangsang bangsa Indonesia, terutama para generasi mudanya dan para wirausahawan muda untuk gemar bekerja dan berkarya daripada lebih banyak berbicara.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar